Oleh : Presli Panusunan Simanjuntak
Taruna Aktif Sekolah Tinggi Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika
Dimuat di Waspada- Artikel Pembaca , 21 Oktober
2015
Kota
Melayu Deli atau kota Medan adalah kota metropolitan terbesar di luar Pulau
Jawa dan kota terbesar ketiga di Indonesia. Sebagai kota metrpolitan, Medan
banyak dirundung masalah- masalah yang sifatnya simple hingga ketingkat yang lebih kompleks. Masalah- masalah yang
merundung kota Medan bisa datang dari geografis, SDM (Sumber Daya Manusia) dan atau Manajemen SDM yang mejalankan kota
Medan.
Kompleksitas
iklim di Medan menambahkan deretan masalah kota ini. Karena dekat dengan
Khatulistiwa, Medan terogolong daerah beriklim tropis. Menurut data dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu rata-rata tahunan di Medan
adalah 26,8 0C. Dalam setahun, curah hujan rata-rata kota Melayu
Deli ini adalah 2137 mm. Terdapat curah hujan yang signifikan sepanjang tahun
di Medan. Bahkan bulan terkering yang biasanya jatuh pada bulan Februari masih
memiliki banyak curah hujan yaitu berkisar 90 mm.
Jika dilihat dari data yang ada, Medan adalah daerah yang
rentan terhadap banjir. Sumber data BMKG juga menyebutkan puncak prespitasi
(hujan) terjadi pada bulan Oktober dengan rata-rata 285 mm. Tidak heran jika pada bulan Oktober ini akan
banyak terjadi hujan lebat yang berakibat banjir di kota Medan. Seperti, hujan
deras pada Senin, 19 Oktober 2015 yang lalu menguyur dan merendam 6 kecamatan
di kota Medan yaitu Kecamatan Medan Baru, Medan
Selayang, Medan Johor, Medan Petisah, Medan Polonia, dan Medan Merelan.
Untuk
menjalankan kota Medan yang notabene merupakan salah satu kota penyokong
berbagai sektor nasional, pemangku kepentingan (stakeholder) di kota Medan harus saling berkoordinasi dalam membaca
iklim dan mengambil kebijakan terkait dengan iklim yang terjadi dan yang akan
terjadi. Iklim bisa sangat mempengaruhi stabilitas lokal maupun nasional.
Iklim harus menjadi kurikulum dalam
pengambilan kebijakan
Iklim
harus menjadi salah satu kurikulum yang penting bagi pemangku kebijakan
sehingga mampu memberikan bentuk
preventif dan represif terhadap suatu kejadian. Berfikir dan bertindak
strategis serta senantiasa belajar dari iklim akan memudahkan mengambil
kebijakan yang akan diputuskan dan dilakukan. Pemangku kebijakan juga bisa
berkoordinasi dengan BMKG selaku lembaga nasional yang bergerak di bidang
informasi cuaca dan iklim untuk membaca
dan menerjemahkan cuaca dan iklim yang ada.
Kalau
bulan ini memasuki musim penghujan maka pemerintah kota Medan dan lembaga yang
terkait harus mewaspadai bencana seperti banjir atau longsor. Pembangunan
infrastruktur harus dilakukan sebelum bencana itu muncul. Semisal, jika informasi
menyebutkan bulan Oktober adalah puncak hujan di kota Medan, maka Pemerintah
Daerah (Pemda) kota Medan dan masyarkat setidaknya sudah memperbaiki sistem
drainase atau melakukan pemanenan air
hujan di daerah-daerah rawan banjir jauh hari sebelum bulan Oktober.
Medan banjir, daerah lain kekeringan
Banyak daerah di Indonesia yang
sedang dilanda kemarau berkepanjangan yang berakibat pada kebakaran hutan dan
gambut. Daerah-daerah tersebut meliputi Sumatera bagian selatan (Sumatera
Selatan, Riau, Jambi), Pulau Kalimantan (Kalimantan Tengah, kalimatan Selatan
dan Kalimantan Timur), hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa, Sulawesi (Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Barat, Sulawesi Utara), Maluku Utara, dan daerah di bagian
selatan Papua. Salah satu faktor terbesarnya adalah El Nino.
El Nino adalah peningkatan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik
Ekuator di sebelah barat Amerika Selatan di atas rerata klimatologisnya.
Peningkatan suhu terjadi di wilayah yang sering juga disebut sebagai kolam
hangat (warm pool) di Pasifik. Menurut BMKG, El
Nino bergerak menguat secara global mulai dari Samudra Pasifik sekitar Ekuator,
yaitu daerah sekitar Chili, Peru, dan Amerika Latin dan menjalar terus ke
Indonesia bagian Timur dan daerah-dearah yang terletak di Lintang Selatan ( daerah
dibawah lintang 10 derajat lintang selatan )
seperti daerah Sumatera bagian
barat dan selatan, Jawa bagian selatan,Kalimantan, Sulawesi, Maluku bagian
utara, Papua. Daerah yang dilewati El Nino akan mengalami kemarau yang lebih
panjang dan suhu yang tinggi.
Disaat kebanyakan daerah di Indonesia mengalami kekeringan,
kota Medan malah kebanjiran. 6 Kecamatan di Medan harus terendam banjir karena
hujan deras yang menguyur Senin,
19 Oktober 2015 yang lalu. Ini dikarenakan musim hujan di wilayah Sumatera
Utara, Aceh, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat tidak terganggu oleh El Nino. El Nino tidak menjalar hingga
wilayah bagian Utara Indonesia sehingga musim hujan yang puncaknya di bulan
Oktober di Sumatera Utara khusunya Medan sama sekali tidak terganggu oleh El Nino.
Masyarakat Harus Terlibat
Selain pengambil kebijakan (stakeholder) Kota Medan, Masyarakat Kota
Medan juga harus mampu megkondinisikan iklim baik terhadap lingkungan, keluarga
dan dirinya sendiri. Masyarakat juga harus bisa belajar dengan iklim karena dengan
belajar dengan iklim maka akan
tahu gerak yang akan dilakukan.
Bulan Januari sampai Juli biasanya curah
hujan di Medan lebih sedikit (musim kemarau) sementara bulan Agustus sampai
Desember biasanya curah hujan di Medan lebih tinggi (musim hujan).
Dengan membaca iklim dan
merasakannya sendiri, masyarakat bisa bergerak sesuai dengan kondisi iklim.
Semisal, sebelum memasuki bulan penghujan, masyarakat bisa bergotong royong
membersihkan dan merapikan saluran drainase agar nanti ketika musim penghujan
tiba kebanjiran dapat diminimalisir atau bahkan tidak terjadi kebanjiran. Jika
sudah musim kemarau, masyarakat yang bekerja sebagai petani bisa diarahkan menanam tanaman jagung dan jika sudah
kering bisa ditanami singkong karena padi tidak baik ditanam saat kemarau
kering. Atau ketika musim hujan, masyarakat bisa menyimpan air dan memanen air
untuk digunakan saat musim kemarau.
Memiliki kompleksitas iklim membuat kota Medan memiliki
segudang masalah dalam penentuan arah dan langkah suatu kebijakan. Untuk
mengatasinya diperlukan informasi yang tepat untuk menentukan kebijakan yang
tepat pula. Mengkondisikan iklim terhadap penentuan langkah dan kebijakan yang
akan dibuat dan dilaksanakan akan sangat berguna bagi kemajuan dan
keberlangsungan kota Medan. Pemerintah khususnya Pemerintah Daerah kota Medan
sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat kota Medan sebagai subjek dan objek
kebijakan harus memandang iklim sebagai suatu yang penting dalam penentuan arah
dan langkah kota Medan sebagai ibukota Sumatera Utara yang lebih baik
kedepannya.
0 komentar:
Posting Komentar