Oleh
: Presli Panusunan Simanjuntak
Erupsi
gunung Sinabung kini menjadi bencana nasional yang viral di Indonesia bahkan dunia. Siapa yang menyangka, deleng sinabung dengan ketinggian 2.451
meter mendadak aktif kembali dan meletus setelah ratusan tahun tertidur. Gunung
api aktif dari jenis gunung stratovolcano
ini berada di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Agustus
2010, gunung sinabung untuk pertama kalinya sejak tahun 1600 mengeluarkan lava
panasnya. Setelah lebih dari 400 tahun tertidur pulas, deleng sinabung menyeburkan laharnya. Akibat letusannya yang
pertama kali sejak 400 tahun silam, dua belas ribu warga disekitarnya
dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi di Kabupaten Karo, Sumatera Utara serta
satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernafasan ketika
mengungsi dari rumahnya.
Gunung Sinabung |
Rentetan Letusan Gunung
Sinabung
September
2013 hingga awal tahun 2014, Gunung Sinabung kembali meletuskan awan panas dan
abu vulkanik. Pergantian status silih berganti mulai dari level “waspada”
hingga level “awas”. Pada 24 November 2013 hingga 3 Januari 2014 level “awas”
tetap bertahan. Guguran lava pijar dan semburan awan panas membombardir kawasan
disekitar gunung sinabung.
Mulai
tanggal 4 Januari 2014 terjadi rentetan kegempaan, letusan, dan luncuran awan
panas terus-menerus sampai hari berikutnya. Hal ini memaksa lebih dari 20 ribu orang mengungsi. Puluhan orang
dinyatakan tewas dan beberapa orang luka- luka terkena luncuran awan panas
akibat rentetan letusan 2013 hingga 2014.
Pada
bulan Mei 2016, Gunung sinabung kembali meletus dan mengeluarkan awan panas.
Agustus 2016, erupsi disertai awan panas guguran secara terus menerus berlangsung
di Gunung Sinabung disertai gempa guguran yang tinggi.
Sepanjang
tahun 2017 hingga saat ini, erupsi gunung sinabung masih beraktivitas dan
meluncurkan awan panas terus- menerus. Hingga saat ini, status gunung sinabung
belum mengalami perubahaan dan tetap pada level “awas” Ribuan warga disekitar
gunung sinabung masih mengungsi hingga sekarang.
Pengaruhnya Terhadap
Perubahaan Iklim
Secara
bertahap selama 7 tahun terakhir aktivitas vulkanik, letusan gunung sinabung
secara sporadis mengubah tatanan iklim. Setelah bangun dari tidur panjangnya
selama 400 tahun, aktivitas gunung sinabung dengan mengeluarkan erupsi debu dan
awan panas membuat tatanan iklim disekitarnya khususnya menjadi berubah dan
meracuni atmosfer dan hidrosfer yang ada.
Ditinjau
dari gejala fisis atmosfernya yang terjadi akibat letusan gunung merapi yang
memuntahkan awan panas dapat menyebabkan suhu di daerah sekitar gunung sinabung
meningkat dengan demikian tekanan didaerah letusan merapi menurun atau
rendah, yang mana kelembaban (RH) juga menurun sehingga bersifat kering.
Partikel-
partikel padat yang berupa debu vulkanik yang dikeluarkan oleh erupsi gunung
sinabung juga akan menghalangi proses radiasi matahari sehingga tidak dapat masuk
kepermukaan bumi sehingga menyebabkan suhu di daerah tersebut rendah (menurun).
yang mana hal tersebut juga mempengaruhi tatanan iklim ,karena radiasi
matahari merupakan salah satu unsur utama dari unsur-unsur yang mempengaruhi
cuaca dan iklim.
Gunung Sinabung Mempengaruhi Tata Iklim |
Letusan Gunung Tidak Meningkatkan Pemanasan Global
Letusan
gunung sinabung memang dapat meningkatkan pemanasan global dengan
menambahkan CO2 ke atmosfer. Walaupun, jumlah CO2 yang
dihasilkan oleh aktivitas manusia setiap tahun masih lebih
besar daripada letusan gunung berapi. Akan tetapi, biasanya efek
kabut (haze) letusan gunung
berapi memiliki efek kabut lebih besar dari pada efek rumah kaca, dan dengan
demikian mereka dapat menurunkan suhu global rata-rata.
0 komentar:
Posting Komentar