Kamis, 16 November 2017

(2017) Tahun Terpanas Tanpa El-Nino

Oleh Presli Panusunan Simanjuntak

Pernyataan mengejutkan ini dikeluarkan oleh World Meteorological Organization (WMO) pada Senin (6/11/2017) di konferensi perubahan iklim PBB COP23 di Bonn, Jerman bahwa Tahun 2017 adalah tahun dengan suhu terpanas dalam abad ini tanpa pengaruh adanya el-nino.

Pertanyaan itu menyatakan dari bulan Januari hingga bulan Oktober tahun 2017, kenaikan suhu rata-rata global (global temperature) mencapai angka 1,1 derajat celcius setalah era pra-industri. Padahal, batasan kenaikan suhu yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015 hanya 1,5 derajat celcius.

Badan PBB yang mengurusi kegiatan meteorologi tersebut mengatakan bahwa ada sekitar 30 persen populasi penduduk bumi sekarang ini mengalami "suhu panas yang ekstrem" setidaknya beberapa hari setiap tahunnya.

                  Hasil gambar untuk suhu terpanas

Dampak suhu terpanas ini dirasakan diseluruh belahan dunia, baik belahan utara, selatan maupun tropis. Pemanasan global melalui peningkatan gas rumah kaca (GRK) disebut sebagai salah satu “biang keladi”  dari naiknya suhu dunia dan cuaca ekstrem akhir-akhir ini. Aktivitas manusia menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca sangat signifikan yang membawa tanda perubahaan iklim semakin terlihat dan tak terelakkan.

Konsentrasi gas rumah kaca yang ada diatmosfer mendorong pemanasan global terus meningkat salah satunya adaah peningkatan secara drastis gas karbon dioksida (CO2). Angka CO2 saat ini bahkan menyentuh 403,3 bagian per juta (ppm), yang tertinggi setidaknya dalam 800.000 tahun terakhir.

Sementara itu, gas rumah kaca yang paling berpolusi kedua adalah metana (CH4). Angka gas ini juga meningkat dalam beberapa dekade terakhir, didorong oleh kebocoran dari ledakan fracking industri gas dan pertumbuhan ternak global.
Kita bisa bayangkan jika setiap tahun kenaikan suhu muka bumi meningkat secara signifikan maka mau tidak mau kita harus “mencari planet lain” yang senyaman bumi.


0 komentar:

Posting Komentar